INTERPRETASI MAKNA NAFS DALAM QS AL-SYAMS AYAT 7-10 (STUDI ANALISIS TAFSIR MAFA<TI<H{ AL-GHAYB KARYA FAKHR AL-DI<N AL-RA<ZI<)
INTERPRETASI MAKNA NAFS DALAM QS AL-SYAMS AYAT 7-10 (STUDI ANALISIS TAFSIR MAFA<TI<H{ AL-GHAYB KARYA FAKHR AL-DI<N AL-RA<ZI<)
No Thumbnail Available
Date
2022
Authors
AHMAD ZAKIY
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
REPOSITORI STAIN MAJENE
Abstract
Perdebatan filosofis berkenaan dengan hakikat jiwa manusia telah menimbulkan berbagai macam respon dari berbagai ahli tafsir yang berfokus pada QS. al-Syams/91: 7-10, tak terkecuali Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> sebagai tokoh mufasir yang filsuf dalam kitab tafsirnya Mafa>ti>h} al-Ghayb. Penelitian ini mencoba mengurai: 1.) Bagaimana karakteristik tafsir Mafa>ti>h} al-Ghayb karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>, 2.) Bagaimana penafsiran umum makna nafs dalam QS. al-Syams/91: 7-10, 3.) Bagaimana interpretasi makna nafs dalam QS. al-Syams/91: 7-10, dalam tafsir Mafa>ti>h} al-Ghayb karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>.
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, peneliti menggunakan jenis penelitian library research dengan model penelitian tahli>li atau analisis. Model penelitian analisis ini dianggap paling relevan untuk nantinya dapat melihat bagaimana interpretasi dan ciri khas al-Ra>zi> dalam menafsirkan ayat tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1.) Karakteristik tafsir Mafa>ti>h} al-Ghayb menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu, terkadang menggunakan dialog imaginer untuk menjelaskan sebuah ayat, dan condong kepada Asy’ariyah dari segi teologi dan Syafi’iyah dari segi fikih 2.) Berkenaan dengan penafsiran umum QS. al-Syams/91: 7-10, terdapat dua perspektif besar mengenai penafsirannya. Pendapat pertama yang menyatakan bahwa Allah-lah yang menentukan jalan takwa dan fuju>r-nya seorang hamba. Sedang pendapat yang kedua menyatakan bahwa Allah membekali manusia aneka potensi, yaitu takwa dan fuju>r kepada manusia, sehingga selanjutnya manusialah yang menentukan pilihan hidupnya. 3.) Al-Ra>zi> berpendapat, jiwa manusia memiliki ‘bawaan’ sejak lahir. Ia tidak dalam keadaan yang sama sekali kosong sebagaimana pendapat-pendapat yang diungkapkan oleh beberapa filsuf empiris. Bagi al-Ra>zi>, dengan merujuk kepada QS. al-Syams/91: 7-10, Allah memberikan aneka kecenderungan baik dan buruk kepada manusia sejak ia dilahirkan. Kemudian pada masa selanjutnya, manusialah yang diberi pilihan untuk mengasah sendiri kecenderungan-kecenderungan tersebut.
Implikasi dari penelitian ini ialah memberikan kesadaran kepada manusia akan potensinya bahwa tidak hanya fisik dan akal, tetapi juga potensi lain yang juga harus pula dikembangkan yaitu potensi jiwa atau rohani. Peneliti berharap bahwa panelitian ini menjadi gerbang rujukan bagi penelitian-penelitian lanjutan berkenaan dengan penelitian terhadap tafsir-tafsir klasik seperti tafsir Mafa>ti>h} al-Ghayb karya Fakhr al-Ra>zi> untuk mengungkap nilai-nilai serta pengetahuan yang terkandung di dalamnya.